Jangan Pernah Merasa Sombong Jika Sudah Menggapai Puncak Gunung, Ingat Di Atas Langit Masih Ada Langit - PENDAKI SLOW

Jangan Pernah Merasa Sombong Jika Sudah Menggapai Puncak Gunung, Ingat Di Atas Langit Masih Ada Langit


Ketika terbersit rasa sombong karena berhasil mencapai puncak, maka rasa itulah yang harus dikikis segera.
- Ketika ada rasa bangga saat melangkahkan kaki menyusuri hutan - hutan di gunung yang lebat dan     ekstrim, maka rasa itulah yang mesti cepat - cepat dihilangkan.
- Ketika  diri merasa paling kuat  dan paling  cepat dan  tangguh saat  mendaki  gunung, maka itulah      saatnya segera mengintrospeksi diri.
- Ketika merasa keren karena membawa keril yang  besar dihadapan banyak orang, maka rasa itulah     yang harus segera ditekan.
- Ketika merasa bahwa pendaki - pendaki lain terlalu lemah dalam mendaki gunung,maka itu saatnya   berhenti sejenak  menenangkan diri dan  berbicara pada diri  sendiri untuk segera berhenti meremeh   kan pendaki lain.
- Ketika berpikiran bahwa kitalah yang paling paham tentang seluk - beluk gunung dan berbagai hal     tentang kegiatan alam bebas, maka ajaklah diri untuk kembali berdiskusi.
- Ketika merasa yang paling jago mendaki gunung karena banyaknya gunung yang sudah didaki,            maka itu pertanda bahwa masih ada sesuatu yang harus kita benahi.

Hilangkan segera rasa -  rasa itu.  Hilangkan dalam setiap langkah kaki, dalam setiap  tarikan nafas, sesering mungkin, dibawah hijaunya hutan, dibawah gerimis yang membasahi perjalanan, dibawah hamparan awan yang setia menaungi, di atas pasir yang tak henti berbisik. Rasa  -  rasa itulah yang harus segera  ditaklukkan.  Mengapa?  Alasannya sederhana saja,  saat kita mendaki gunung  maka sebenarnya kita  sedang terekspos dengan berbagai bahaya yang setiap saat dapat mengancam jiwa kita.

Sematang apapun persiapan fisik dan pemahaman kita tentang teknik dan seluk beluk gunung, tetap Allah S.W.T yang akan menentukan segalanya, berdoalah dan  memohon kepada - Nya. Ada sekian pendaki hebat diluar sana yang akhirnya kembali pada Sang Pencipta saat mendaki gunung. Artinya jika sesuatu memang sudah ditakdirkan terjadi pada diri kita pada saat mendaki gunung, maka jngan biarkan sesuatu itu terjadi saat kita berada dalam perasaan paling hebat, paling kuat dan paling tahu dalam berbagai hal tentang mendaki gunung.

Mendaki gunung mengajarkan banyak hal tentang sikap, ego, kebersamaan, kelemahan kita, semangat, keyakinan dan banyak hal lainnya. Jika kita memahami lebih jauh lagi bahwa kesukaan dan ketagihan kita untuk mendaki gunung sebenarnya karena ada semacam kedekatan dan keterikatan antara manusia dengan Sang Pencipta melalui media yang bernama alam.

Kita suka dan bahagia melihat pemandangan alam di gunung karena lewat alam ditanamkan ketentraman dan kesejukan kedalam hati kita. Lewat alam kita diajarkan bahwa kita hanyalah makhluk kecil dan segala permasalahan keseharian yang kita hadapi adalah hal yang kecil.

Kita seolah - olah diajarkan bahwa ada hal - hal yang jauh lebih menarik “diluar sana”, yang mungkin luput dari perhatian kita karena kesibukan sehari - hari. Puncak adalah tujuan  fisik dari  mendaki gunung,  sedangkan nilai -  nilai  yang  tersirat  saat mendaki gunung  adalah tujuan bathinnya

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel